Detik demi detik kian berlalu dengan seiring berjalannya waktu yang terus menuntut untuk memiliki kedewasaan menerima duri pada mawar kehidupan, kini aku mengerti sepenuhnya, bahwa tak perlu selalu berharap pelangi berjuta pesona datang setelah hujan redah. Tetapi tanpa pelangi akan ada mentari yang akan terbit memberi kehidupan dan harapan masa depan. Yaa walau mentariku tak seindah pelangi, tapi mentariku dapat melukis senyuman hangat nan indah yang telah lama menghilang karena pelangi yang pergi tanpa salam perpisahan. Pelangi yang pergi meninggalkan berjuta janji mimpi mimpi indah yang selalu ku ingat hingga kini. Bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, aku masih tetap di tepi ini, di tepi yang sama dalam menanti janji itu, sambil berusaha menjadi Fatimmah metropolitan yang menanti Ali menjemputnya. Dalam doa selalu ku sebut Ali ku yang merupakan pelangiku.

Disaat penantianku yang bagai berharap seisi jagat raya mengisi muka bumi, seketika jantung ini terlepas saat mengetahui bahwa dia, dia sang pelangiku ingin berhenti berharap untuk mengukir sejarah cinta Fatimmah dan Ali metropolitan, dia dengan semudah itu menyerah dengan rintangan duri duri mawar kehidupan, dia menyerah untuk melewati tembok cina cinta antara kita, yang kemudian dia menghilang bagai tertelan bumi. Aku yang tinggal dengan sejuta kenangan manis yang terus menghantui hanya bertemankan air mata dalam sepih.

Waktupun berlalu tanpa terikat pada kesedihanku yang terus berlanjut, waktupun membuat ku lupa cara tersenyum, hingga akhirnya aku menemukan sosok yang dapat mencabut perlahan duri duri yang tertancap begitu dalam, dia mencabutnya perlahan tapi penuh perjuangan hingga mampu mengajariku cara tersenyum kembali, dia yang memberikan kehangatan dalam hatiku yang telah membeku sehingga mencair dalam kebahagiaan. Aku berharap besar pada sosok yang memberikan ku kehidupan kembali, walaupun semua tak ada yg abadi setidaknya dia akan bertahan lebih lama dari pada sang pelangi.

Kini aku akan menyongsong sinar mentariku tanpa menoleh dan berharap pada arah pelangi yang dulu sempat singah di tempat ini. Kini aku tak perduli lagi akan keindahan pelangi yang diceritakan berjuta bibir para pengagumnya, pelangi yang dengan segala keindahannya, pelangi yang memiliki sejuta pesona, aku nyatakan bahwa aku tak akan perduli lagi pada pelangi.

 Jika nanti pelangi bertanya tentang aku yg menjahuinya ketika yg lain mendekat, jawablah, aku yang kini menyongsong sinar mentari dan pergi darinya adalah aku yg terlalu lama menunggu pelangi untuk kembali. Pelangi yang dulu biar lah berlalu, aku tidak akan pernah kembali untuk mengharap sang pelangi. Karena aku telah hangat bersama sang mentari dengan segala sinarnya yg membantuku untuk menyelusuri gelapnya kehidupan serta menerangi setiap detik masa depanku. Walau mentariku tak seindah pelangiku, tetapi mentari dapat menghapus air mataku ketika duri mawar kehidupan melukaiku.