“Sudah terlalu lama sendiri..
sudah
terlalu lama aku asik sendiri..
lama tak
ada yang menemani rasanya
pagi ke
malam hari tak pernah terlintas di hati…
bahkan
disaat sendiri aku tak pernah merasa sepi..
sampai
akhirnya ku sadari aku tak bisa terus begini
aku harus
berusaha tapi mulai dari mana…”
Hayalanku
diiringi oleh lagu dari Kuntoaji yang berjudul terlalu lama sendiri ntah
mengapa lagu ini seolah tercipta untukku, semua bait menggambarkan diriku. Aku
seorang wanita biasa yang tak memiliki tambatan hati dan selalu berharap
seseorang dari masa lalu kembali. “Tii.. kenapa sih kamu galau mulu kerjaannya”
suara Sefri yang seketika membuyarkan semua hayalanku. Sefri adalah teman
dekatku di kampus, dia gadis yang cantik menggunakan kerudungan seperti ku
tetapi dia sangat bawel. “Tii..Ti..woy Tii” teriaknya sambil memukul lenganku.
“ah kenapa Sef?” jawabku seketika dengan melepas salah satu headsetku. “pantes
aja pake headset pantesan nggak denger. Ada tugas nih kerjain cepetan ntar kalo
kamu udah aku nyontek deh hehe”. Seru Sefri sambil meletakan kertas penuh soal
di atas meja ku. “kamu aja ah yang ngerjain aku lagi kurang enak badan banget
Sef” balasku dengan kembali menggunakan headsetku. Tetapi headset ku ditarik
olehnya dengan perlahan “Ti, galauin si mantan lagi? Kan aku udah bilang udah
Ti udah stop ngapain sih pikirin dia,
toh dia nggak mikirin kamu Ti”. Aku pun menarik nafas panjang “uuft, bukan kok
Sef”. “terus gara-gara apa?” aku hanya diam sambil memainkan Sony yang ku
gengam.
“oiya
Ti, kemaren pas aku lagi di bank mau transfer ada cowok yang negor aku Ti,
sumpah ganteng banget, orangnya putih, tinggi, pake kacamata, mancung, beh
ganteng deh, dia nanya awalnya, sorry
kamu temen deketnya asti ya, terus aku jawabkan iya, salam ya buat asti, sambil
dia senyum Ti, eh pas aku mau jawab dia dipanggil sama telernya dan langsung
pergi”. Ceritanya dengan mengebu-gebu.
“Mantan
aku ya Sef?”. Akupun spontan menjawab karena aku masih memikirkan mantanku ini,
“bukan Ti bukan sumpah ya yang ini lebih ganteng, kalo aku jomblo aku juga mau
Ti sama dia. Oiya satu lagi deh dia bilang salam ya buat asti dari kakak FIS (Fakultas Ilmu Sosial)”.
“eemm.. kayaknya aku nggak ada yang deket sama anak FIS deh” jawabku dengan pikiran
menerawang siapakah gerangan dia.
Keesokan
harinya, seperti biasa aku menunggu mayasari bakri untuk mengantarku sampai ke
rumah di halte depan kampus ku. Tiba-tiba seorang pedagang menghampiriku “neng
ini saya disuruh ngasih ke eneng, katanya dari kakak FIS?” dengan menyodorkan
dua kotak beng-beng. “hah? Buat saya pak? Dari siapa?” aku sangat terkejut dan
mulai berpikir negative. “katanya salam aja dari kakak FIS, oiya dia juga
bilang katanya karena coklat-coklat romantic sudah terlalu biasa jadi dia mau
ngasih ke enengnya beng-beng aja haha dia lucu neng”. “oh yauda iya, makasih ya
pak” akupun menggambil dua kotak beng-beng itu dengan perasaan yang bimbang
“siapakah gerangan kamu? Kakak FIS? Ah kamu siapa? Cara kamu lucu” Batinku
bertanya-tanya.
Hampir
setiap hari setelah kejadian itu aku menjadi semakin penasaran dengan si
misterius kakak FIS, kenapa dia memperkenalkan diri dengan sebutan kakak FIS?
Jujur pikiran ini semakin menyiksaku. “Ti, Ti ada kecelakaan” Sefripun berlari
menghampiriku yang sedang duduk di kelas. “Hah?dimana?siapa?parah gak?” nadaku panik
sambil aku keluar dari kelas menuju ke depan fakultas, ternyata sudah banyak
orang di luar fakultasku. “duh ngeliatnya gimana sef?” aku sangat ingin tau
siapa dan bagaimana keadaan orang itu. Tanpaku sadari, aku terus meloncat-loncat
agar dapat melihat apa yang terjadi sambil memegang bahu orang yang ada di
depan ku. “Ti, itu si kakak FIS” Sefri berbisik pelan di telingaku. “Hah? Dia
yang kecelakaan cep astagfirulloh padahalkan kalau ganteng lumayan” aku yakin
suaraku cukup kencang saat itu sehingga membuat orang yang di depanku itu
berbalik badan melihatku.
“eh
kakak FIS ini nih astinya udah aku sampein kok salamnya, asti ini yang aku
certain kakak FIS”. Sefripun mendadak sok manis dengan mata yang seolah member
isyarat kepadaku, aduh bodohnya aku baru pertama kali bertemu sudah memberi
citra yang kurang baik-_- dan ternyataa bener uy dia ganteng aahhh putih,
tinggi, berisi, pake kacamata pula udahlah jatuh hatilangsung.. “eh, ah,
kakak?” jawabku dengan terbatah-batah. “Hey Asti” dia pun menjulurkan
tangganya. “hey juga kak” aku menyambut tanggannya. “makasih ya kak atas
beng-bengnya hehe” akupun berusaha menutupi rasa gerogiku. “iya sama-sama kok,
oiya maaf ya asti udah ngasihnya diem-diem gitu” “kak tapi maaf emang
sebelumnya kita saling kenal ya? Atau asti yang lupa?” tanyaku dengan wajah
polos “ohiya lupa nggak kok kamu emang belum kenal kakak, nama kakak Fikar,
kakak tau kamu waktu kakak dateng ke BEMFIP terus liat” jawabnya dengan gaya
yang masih keren menurut ku. “oh jadi penggemar rahasia nih” ledek Sefri dengan
mencubit-cubit lenganku. “Fikar.. hayu buruan kamu mau bolos kelas?” Tanya
seorang pria yang ku tebak adalah teman sekelasnya. “iya bentar bro, asti aku
jalan dulu ya, aku ramal besok kita ketemu di kantin hehe. Duluan ya Ti, duluan
ya temennya Asti” dia pun berjalan meninggalkan kami “Sefri kak nama aku”
teriak sefri dengan cemberut. “Sef kata dia tadi apa? Ramal? Oh my
god-_-hahaha” akupun tertawa sefri juga. Ntah kenapa kita melupakan kecelakaan
tersebut dan langsung menuju kelas.
Haripun
berganti, aku sangat tidak sabar ke kantin saat waktu istirahat agar ramalan
kakak FIS itu bisa berhasil, tapi apaboleh buat aku ada matakuliah yang
menggambil waktu istirahat. Ketika pulang, aku ke kantin dulu, mataku mencari
sosok kakak FIS tapi tak kunjung ku temukan, “uh bukan jodoh” gumam ku pelan
dan berbalik badan ingin pulang. “nyari aku ya? Bukan jodoh sama siapa ti?”
astaga ternyata dia duduk disamping tempat aku berdiri, ntah kapan dia duduk
tapi tadi nggak ada bener deh-_- “eh nggak kak nggak” jawabku cepat. “mau
kemana lagi?” “pulang kak capek” akupun berusaha jaim “yauda yuk aku anter”
diapun langsung berdiri “nggak kak nggak usah rumah asti jauh” “hahaha, aku
udah cari tau semua info tentang kamu kok termasuk rumah kamu, udah hayuu
bareng aaja” diapun langsung jalan, aku diam, aku bingung kenapa bisa dia gitu?
“hey kok diam sih mau pulang gak?” tanyanya dengan senyum manis. “eh iya kak”
akupun mengikutinya. Ketika dimotornya dia bilang “benerkan ramalan aku hehe”
“kebetulan doang kak” ntah mengapa suasana terasa sangat nyaman.
Kitapun
menjadi semakin dekat dengan berjalannya waktu, dan aku rasa aku mulai
mencintainya, oiya kami dekat tanpa tukeran nomer handphone atau sosial media
lainnya, kami menjalankan gaya pendekatan tempo dulu, hanya bermodal ramalan
dari dia hehehe. Semakin dekat sifatnya semakin membuat aku sadar bahwa dia
sangat bisa membuat aku bahagia walau dengan cara yang sangat sederhana.
Tiga
bulan setelah kita dekat, “Asti aku mencintai kamu, mungkin aku tak pandai
merangkai kata-kata yang lebih untuk membuat kamu terkesan, tapi dengan kata
aku mencintai kamu Ti itu udah segala-galanya” aku sangat terkejut mendengar
ungkapannya itu, aku hanya diam. “Ti kok diam?” dia sepertinya bingung dengan
responku yang tidak sesuai dengan harapannya. “maafin asti kak” aku menjawabnya
dengan sangat pelan tapi ku pastikan dia mendengar. Dia pun menghela nafas
seperti benar-benar kecewa dengan jawabanku. “iya gapapa” jawabnya. “maafin
asti ya kak, karena asti juga” aku masih pelan menjawabnya dengan menundukan
kepala. “hah? Juga apa?” katanya. “asti juga mencintai kakak”aku semakin
mengkecilkan suaraku. Dia diam, aku melihat ke wajahnya, dan aku melihat
matanya yang berbinar. 19 November 2015 kita menyatakan saling mencintai.
(bukan pacaran yaaaa).. sejak saaat itu barulah kami bertukar nomer handphone
dan saling berkomunikasi secara tidak bertatap muka.
Hampir
setiap malam dia menelpon ku padahal hanya mengucapkan kata yang tidak penting,
seperti “asti, mama aku lagi makan serigala” “masa sih kok bisa?” padahal aku
sudah tau kalau dia bicanda “iya soalnya tadi keabisan lauk, aku abisin, mungkin
mama terlalu laper””haha”. atau “kamu kerumah dong aku lagi nggak enak badan”
nadaku manja. “okey aku kesana ya” beberapa menit kemudian dia datang boncengan
sama tukang pijat katanya biar aku cepat sembuh jadi harus di pijat-_-..
Aku
merasa sangat bahagia bersamanya, aku rasa dia mampu membawaku melupakan patah
hati yang teramat besar di hidupku. Aku mau dia, mau bersama dia. Ternyata
patah hati terbesarpun tak berhak menentang rasa cinta yang baru bersemi. Ya
walaupun nantinya dia akan berlalu tetapi setidaknya aku dapat menikmati masa
indah bersama dia dengan penuh tawa yang selama ini sempat terampas karena masa
lalu. Selamat tinggal masa kelam, ini aku telah memiliki cahaya hidup yang
mampu menembus gelap..